UPV PRODUK DALAM NEGERI
JAKARTA, KOMPAS.com — Obsesi orang Indonesia membuat mobil dengan harga terjangkau masyarakat bawah ternyata tidak kalah gencar dengan Ratan Tata dari India yang telah membuat Tata Nano. Kalau Nano yang telah menghebohkan dunia dijual—dengan harga dasar 1 lakh atau 100.000 rupee—Rp 21 juta, orang Indonesia ingin membuat mobil kecil alias microcar dengan target harga termahal Rp 30 juta.
Itulah yang disampaikan oleh Widya Aryadi, seorang dosen muda yang kreatif dan punya banyak penemuan otomotif dari Universitas Negeri Semarang (Unnes), Senin (18/5). Kini, berkoalisi dengan Anis Muhammad Mufid, ia mendirikan Arina Motors Development di Semarang, Jawa Tengah, untuk mewujudkan keinginannya, membuat microcar atau mobil mungil. Mobil yang lahir dari hasil benak dan kreativitas asli anak bangsa Indonesia.
Ternyata, penampilan dan konsep yang ditawarkan Widya pada UPV ini menarik pengunjung. Buktinya, ia menerima pesanan dari luar. “Sebenarnya kami menerima pesan 300 unit dari Belanda. Namun, belum bisa dipenuhi karena keterbatasan kondisi saat ini,” ujar Anis.
Sementara itu, menurut Widya, beberapa pengusaha dari China penasaran melihat mobil ini. Pasalnya, "Di China, mobil kecil baru dalam bentuk tiga roda. Kalau kami sudah empat roda,” ucapnya. Di samping itu, desain mobil ini asli dan bukan ”copy paste”.
Dimensi mobil ini memang sangat mungil. Lebih mungil dari Nano yang memiliki panjang 3,1 meter. UPV ini berdimensi: panjang 2,05 meter, lebar 1,15 meter, tinggi 1,6 meter, jarak sumbu roda 1,75 meter, dengan berat total prototipe 400 kg. “Kalau sudah jadi, targetnya 300 kg,” kata Widya.
Prototipe pertama menggunakan dua pintu samping berukuran besar. Ukuran lebar pintu ini 1,2 meter. Karena itu, ketika dibuka, seluruh interior terlihat jelas.
Hebatnya lagi, BBC membuat liputan khusus tentang mobil ini. Diceritakan, televisi Inggris tersebut telah mempersiapkan skenario sendiri, yaitu keluarga yang punya banyak anak tinggal di gang sempit.
“Nah, dengan menggunakan UPV, mereka naik ramai-ramai. Lebih aman dibandingkan berjejal naik sepeda motor,” ujarnya. Tepatnya, UPV ini memanusiakan manusia Indonesia yang hanya mampu membeli sepeda motor.
“Naik motor dengan anggota keluarga lain sangat berbahaya. Di samping itu, kalau hujan, harus mencari tempat berteduh. Dengan kendaraan seperti UPV ini, kondisi tersebut bisa dicegah. Lebih aman buat kebanyakan keluarga di Indonesia yang cuma mampu membeli sepeda motor,” ujarnya.
Dia menambahkan, jangan mengharapkan UPV seperti mobil-mobil yang ada di pasar Indonesia saat ini. “Itu buat mereka yang sudah mampu!” katanya.
Tes. Kendati masih tahap prototipe pertama, Widya sempat mengajak KOMPAS.com naik UPV ini sebagai penumpang untuk mencoba di sekitar arena Pekan Raya Jakarta. Ternyata, mobil ini bergerak dengan lincah dan cukup stabil.
Kenyamanan juga relatif baik. Hanya, tampak ia agak repot melakukan perpindahan gigi. Dasbor sangat sederhana dan diambil dari motor. Suspensi, pakai double wishbone yang dibuat sendiri dari pipa dan mencotek dari Mitsubishi Mini Colt.
Cukup menarik, dengan lebarnya hanya 1,2 meter, UPV begitu gampang melewati ruang sempit. Bahkan, ketika dinaikkan ke truk untuk kembali ke Semarang, mobil ini dengan mudah meluncur di teras gedung bari PRJ. Berarti, kemampuannya menyelusup sama seperti sepeda motor atau Bajaj roda tiga.
Kursi pun masih fibreglass, statis, dan tidak bisa disetel. Sistem kontrol di setir dan dasbor masih menggunakan sepeda motor ini. “Ini masih jauh dari kondisi standar yang ingin kami inginkan,” ungkap Widya lagi. Bodi mobil ini dibuat dari pelat 0,8 mm sehingga bobotnya jadi berat.
Versi kedua, yang sudah lebih baik dan akan dipamerkan di IIMS (Indonesia International Motor Show) Juli dan Agustus mendatang, bodinya dibuat dari fibreglass. Juga sudah dilengkapi pintu belakang atau ketiga. “Dengan cara demikian bisa digunakan untuk dagang,” harap Widya.
lumayan
BalasHapus